Rabu, 07 April 2010

METODE PENELITIAN SEJARAHa (METODE SEJARAH)

I. PENDAHULUAN

Metode penelitian sejarah adalah metode atau cara yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan penelitian peristiwa sejarah dan
permasalahannya. Dengan kata lain, metode penelitian sejarah adalah
instrumen untuk merekonstruksi peristiwa sejarah (history as past actuality)
menjadi sejarah sebagai kisah (history as written). Dalam ruang lingkup Ilmu
Sejarah, metode penelitian itu disebut metode sejarah.
Metode sejarah digunakan sebagai metode penelitian, pada prinsipnya
bertujuan untuk menjawab enam pertanyaan (5 W dan 1 H) yang merupakan
elemen dasar penulisan sejarah, yaitu what (apa), when (kapan), where
(dimana), who (siapa), why (mengapa), dan how (bagaimana). Pertanyaan-
pertanyaan itu konkretnya adalah: Apa (peristiwa apa) yang terjadi? Kapan
terjadinya? Di mana terjadinya? Siapa yang terlibat dalam peristiwa itu?
Mengapa peristiwa itu terjadi? Bagaimana proses terjadinya peristiwa itu?
a Materi penyuluhan dalam "Workshop Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan;
Penulisan Karya Ilmiah dan Perekaman Data" tanggal 12-14 Februari 2008 yang
diselenggarakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan, Badan Pengembangan
Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, kerjasama
dengan Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung.

Dalam proses penulisan sejarah sebagai kisah, pertanyaan-pertanyaan
dasar itu dikembangkan sesuai dengan permasalahan yang perlu diungkap dan
dibahas. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itulah yang harus menjadi
sasaran penelitian sejarah, karena penulisan sejarah dituntut untuk
menghasilkan eksplanasi (kejelasan) mengenai signifikansi (arti penting) dan
makna peristiwa.

II. PROSES PENELITIAN SEJARAH
2.1 Pemilihan Topik Penelitian

Suatu penelitian ilmiah tentu berawal dari pemilihan topik yang akan
diteliti. Dalam bidang sejarah, topik penelitian harus memenuhi beberapa
persyaratan.
a) Topik itu harus menarik (interesting topic), dalam arti menarik sebagai
obyek penelitian. Dalam hal ini termasuk adanya keunikan (uniqueness
topic).
b) Substansi masalah dalam topik harus memiliki arti penting (significant
topic), baik bagi ilmu pengetahuan maupun bagi kegunaan tertentu.
c) Masalah yang tercakup dalam topik memungkinkan untuk diteliti
(manageable topic). Persyaratan ini berkaitan dengan sumber, yaitu
sumber-sumbernya dapat diperoleh.
Meskipun topik sangat menarik dan memiliki arti penting, namun bila
sumber-sumbernya, khususnya sumber utama tidak diperoleh, masalah dalam
topik tidak akan dapat diteliti. Oleh karena itu calon peneliti harus memiliki
wawasan luas mengenai sumber, khususnya sumber tertulis.
2.2 Studi Pendahuluan
Setelah topik penelitian ditentukan, segera lakukan studi pendahuluan.
Cari sumber-sumber acuan utama, yaitu sumber-sumber yang diduga memuat
data atau informasi yang relevan dengan topik penelitian. Dengan menelaah
sumber-sumber acuan utama secara efektif, peneliti akan dapat memahami
ruang lingkung penelitian, baik ruang lingkup masalah maupun ruang lingkup
temporal (waktu) dan spasial (tempat/wilayah) obyek penelitian.
Ruang lingkup penelitian itu kemudian dituangkan dalam rencana
kerangka tulisan (laporan penelitian). Sementara itu, telaah pula
bibliografi/daftar pustaka pada setiap sumber acuan utama yang berupa buku
ilmiah. Hal itu dimaksudkan untuk mendapat tambahan informasi sumber-
sumber yang diduga memuat data tentang masalah yang akan diteliti. Catat
identitas sumber-sumber itu menjadi bibliografi kerja.

2.3 Implementasi Penelitian
Penelitian sejarah yang pada dasarnya adalah penelitian terhadap
sumber-sumber sejarah, merupakan implementasi dari tahapan kegiatan yang
tercakup dalam metode sejarah, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan
historiografi. Tahapan kegiatan yang disebut terakhir sebenarnya bukan
kegiatan penelitian, melainkan kegiatan penulisan sejarah (penulisan hasil
penelitian).

2.3.1 Heuristik
Heuristik adalah kegiatan mencari dan menemukan sumber yang
diperlukan. Berhasil-tidaknya pencarian sumber, pada dasarnya tergantung dari
wawasan peneliti mengenai sumber yang diperlukan dan keterampilan teknis

penelusuran sumber. Berdasarkan bentuk penyajiannya, sumber-sumber sejarah
terdiri atas arsip, dokumen, buku, majalah/jurnal, surat kabar, dan lain-lain.
Berdasarkan sifatnya, sumber sejarah terdiri atas sumber primer dan sumber
sekunder. Sumber primer adalah sumber yang waktu pembuatannya tidak jauh
dari waktu peristiwa terjadi. Sumber sekunder adalah sumber yang waktu
pembuatannya jauh dari waktu terjadinya peristiwa. Peneliti harus mengetahui
benar, mana sumber primer dan mana sumber sekunder. Dalam pencarian
sumber sejarah, sumber primer harus ditemukan, karena penulisan sejarah
ilmiah tidak ukup hanya menggunakan sumber sekunder.

Agar pencarian sumber berlangsung secara efektif, dua unsur
penunjang heuristik harus diperhatikan.
a) Pencarian sumber harus berpedoman pada bibliografi kerja dan kerangka
tulisan. Dengan memperhatikan permasalahan-permasalahan yang tersirat
dalam kerangka tulisan (bab dan subbab), peneliti akan mengetahui sumber-
sumber yang belum ditemukan.
b) Dalam mencari sumber di perpustakaan, peneliti wajib memahami sistem
katalog perpustakaan yang bersangkutan.

2.3.2 Kritik Sumber
Sumber untuk penulisan sejarah ilmiah bukan sembarang sumber, tetapi
sumber-sumber itu terlebih dahulu harus dinilai melalui kritik ekstern dan
kritik intern. Kritik ekstern menilai, apakah sumber itu benar-benar sumber
yang diperlukan? Apakah sumber itu asli, turunan, atau palsu? Dengan kata
lain, kritik ekstern menilai keakuratan sumber. Kritik intern menilai kredibilitas
data dalam sumber.
Tujuan utama kritik sumber adalah untuk menyeleksi data, sehingga
diperoleh fakta. Setiap data sebaiknya dicatat dalam lembaran lepas (sistem
kartu), agar memudahkan pengklasifikasiannya berdasarkan kerangka tulisan.

2.3.3 Interpretasi
Setelah fakta untuk mengungkap dan membahas masalah yang diteliti
cukup memadai, kemudian dilakukan interpretasi, yaitu penafsiran akan makna
fakta dan hubungan antara satu fakta dengan fakta lain. Penafsiran atas fakta
harus dilandasi oleh sikap obyektif. Kalaupun dalam hal tertentu bersikap
subyektif, harus subyektif rasional, jangan subyektif emosional. Rekonstruksi
peristiwa sejarah harus menghasilkan sejarah yang benar atau mendekati
kebenaran.

2.3.4 Historiografi
Kegiatan terakhir dari penelitian sejarah (metode sejarah) adalah
merangkaikan fakta berikut maknanya secara kronologis/diakronis dan
sistematis, menjadi tulisan sejarah sebagai kisah. Kedua sifat uraian itu harus
benar-benar tampak, karena kedua hal itu merupakan bagian dari ciri karya
sejarah ilmiah, sekaligus ciri sejarah sebagai ilmu.

kedua hal tersebut, penulisan sejarah, khususnya sejarah yang
bersifat ilmiah, juga harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan karya
ilmiah umumnya.
a) Bahasa yang digunakan harus bahasa yang baik dan benar menurut kaidah
bahasa yang bersangkutan. Kaya ilmiah dituntut untuk menggunakan
kalimat efektif.
b) Merperhatikan konsistensi, antara lain dalam penempatan tanda baca,
penggunaan istilah, dan penujukan sumber.
c) Istilah dan kata-kata tertentu harus digunakan sesuai dengan konteks
permasalahannya.
d) Format penulisan harus sesuai dengan kaidah atau pedoman yang berlaku,
termasuk format penulisan bibliografi/daftar pustaka/daftar sumber.
Kaidah-kaidah tersebut harus benar-benar dipahami dan diterapkan,
karena kualitas karya ilmiah bukan hanya terletak pada masalah yang dibahas,
tetapi ditunjukkan pula oleh format penyajiannya.


















III. PENUTUP

Penelitian sejarah harus dilandasi atau berpedoman pada kaidah-kaidah
metode sejarah. Jika tidak, penelitian itu hanya akan menghasilkan tulisan
sejarah semi ilmiah atau bahkan sejarah populer. Oleh karena itu calon peneliti
sejarah harus memahami kaidah-kaidah metode sejarah dan mampu
mengimplementasikannya, agar penelitian itu menghasilkan karya sejarah
ilmiah.
Penulisan sejarah ilmiah dituntut untuk menghasilkan eksplanasi
mengenai permasalahan yang dibahas. Eksplanasi itu diperoleh melalui
analisis. Untuk mempertajam analisis, dalam proses penulisan sejarah, aplikasi
metode dan teori sejarah perlu ditunjang oleh teori dan/atau konsep ilmu-ilmu
sosial yang relevan (sosiologi, antropologi, ekonomi, politik, dll.). Dengan kata
lain, penulisan sejarah yang dituntut memberikan eksplanasi mengenai masalah
yang dibahas, perlu dilakukan secara interdisipliner dengan menggunakan
pendekatan multidimensional (multidimensional approach). Hal itu sesuai
dengan ciri-ciri dan karakteristik sejarah sebagai ilmu.
Oleh karena itu, penelitian sejarah dan hasilnya dapat membantu
penelitian dan pengembangan kebudayaan. Sejarah mengkaji aspek-aspek
kehidupan manusia di masa lampau, termasuk kebudayaan.
Bandung, 11 Februari 2008
































SUMBER ACUAN

Amirin, Tatang M. 1995.
Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Arikunto, Suharsimi. 1983.
Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina Aksara.
Basri MS. 2006.
Metodologi Penelitian Sejarah (Pendekatan, Teori dan Praktik).
Jakarta: Restu Agung.
Committee on Historigraphy. c. 1954.
The Social Sciences in Historical Study. New York: Social Science
Research Council.
Gardiner, Patrick. 1961.
The Nature of Historical Explanation. London: Oxford University
Press.
Gottschalk, Louis. 1985.
Mengerti Sejarah. Cet. 4. Terj. Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI
Press.
Hardjasaputra, A. Sobana dan Nina Herlina Lubis. 1999.
Pedoman Penulisan dan Evaluasi Skripsi. Jatinangor: Program Studi
Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran.
Hardjasaputra, A. Sobana. 2004.
Penelitian dan Penulisan Sejarah; Materi Kuliah. Jatinangor: Jurusan
Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Unpad.
Jay, Ros. 2000.
Menulis Proposal & Laporan. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Kartodirdjo, Sartono. 1982.
Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia; Suatu
Alternatif. Jakarta: Gramedia.
--------. 1993.
Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Komaruddin. 1974.
Metode Penulisan Skripsi dan Tesis. Bandung: Angkasa.
Kuntowijoyo. 2001
Pengantar Ilmu Sejarah. Cet. ke-4.Yogyakarta: Yayasan Bentang
Budaya.
Notosusanto, Nugroho. 1978.
Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Suatu Pengalaman).
Jakarta: Yayasan Idayu.
Sastrohoetomo, Ali. 1977.
Karangan Ilmiah; Suatu Penuntun Menulis Laporan dan Skripsi.
Jakarta: Pradnya Paramita.
Kent, Sherman. 1967.
Writing History. 2nd edition. New York: Appleton-Century-Crofts.
Komaruddin. 1974.
Metode Penulisan Skripsi dan Tesis. Bandung: Angkasa.
Kuntowijoyo. 1995.
Pengantar Ilmu Sejarah. Yoyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
Renier, G.J. 1997.
Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah. Terj. Muin Umar. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. (Judul asli: History its Purpose and Method).
Tan, Mely G. 1977.
“Masalah Perencanaan Penelitian” dalam Koentjaraningrat ed.).
Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia : 24-60.
Thomson, David. 1974.
The Aims of History; Values of the Historical Attitude. London: Thames
and Hudson.
Winardi. 1982.
Pengantar Metodologi Research. Bandung: Alumni.














































KATA PENGANTAR

Tulisan ini dimaksudkan sebagai materi penyuluhan dalam acara
“Workshop Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan; Penulisan Karya
Ilmiah dan Perekaman Data”, sesuai dengan permintaan panitia penyelenggara
acara tersebut. Penelitian kebudayaan memang perlu ditunjang oleh metode
penelitian sejarah, karena kebudayaan merupakan bagian dari sejarah.
Berbicara mengenai Metode Penelitian Sejarah sesungguhnya
memerlukan waktu cukup memadai. Akan tetapi, karena waktu yang tersedia
sangat pendek, maka dalam acara tersebut penjelasan mengenai Metode
Penelitian Sejarah hanya diuraikan secara garis besar. Namun demikian,
mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi para peserta workshop khususnya
dan pembaca pada umumnya.
Bandung, Februari 2008
Penulis






































DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
I. PENDAHULUAN
1
II. PROSES PENELITIAN SEJARAH
2.1 Pemilihan Topik Penelitian
3
2.2 Studi Pendahuluan
3
2.3 Implementasi Penelitian
4
2.3.1 Heuristik
5
2.3.2 Kritik Sumber
6
2.3.3 Interpretasi
6
2.3.4 Historiografi
7
III. PENUTUP
8
SUMBER ACUAN